Kamis, 18 Desember 2008

Surprisingly, Beyond Your Imagination !

Penutup dari rangkaian program World Music Festival 2008 milik GKJ di penghujung tahun ini yang diselenggarakan pada malam ke 17 bulan ini, berupa pertunjukan musik Nita Aartsen Quarto bertajuk ‘’Welcome to Our Home”.

Saya pernah mendengar ihwal Quarto ini sebelumnya, yang bermain di alur latin jazz. Nita Aartsen, sang pianis, pernah beberapakali tampil bersama berbagai orkestra negeri ini. Ia pun pernah mengisi pelbagai festival jazz tanah air, semacam JakJazz dan Java Jazz. Awalnya saya mengira ini hanyalah sebuah pertunjukan musik jazz sebagaimana lazimnya saya saksikan pada perhelatan musik jazz.

Namun… yang saya temukan sungguh di luar dugaan saya.

Surprise… Surprise…

Sebuah pertunjukan musik di luar imajinasi saya… tersuguhkan dengan sangat cantik sepanjang 2 jam malam itu. Nita dengan ke 3 teman bermusiknya berhasil menghantarkan komposisi-komposisi klasik yang abadi hingga saat ini, buah karya komposer-komposer ternama yang sangat mahsyur di zamannya, menjadi sebuah suguhan musik bernafaskan latin jazz dengan rhythm dinamis namun manis terdengar.

Ini bukanlah sebuah pertunjukan musik klasik seperti yang kerap saya hadiri di gedung-gedung pertunjukan dengan format formal, penuh dengan pakem-pakem bermusik yang sudah baku.

Ini juga bukan sebuah pagelaran musik jazz biasa yang sekedar menampilkan kepiawaian musisinya, yang dengan bebas dapat melakukan improvisasi sana-sini.

Ini sebuah pertunjukkan musik yang dengan jeniusnya mengemas ulang komposisi-komposisi musik klasik yang terdengar anggun, dengan ritme latin jazz nan rancak. Irama dasar dari setiap komposisi klasik yang dimainkan masih terdengar jelas pada dentingan piano bagai sebuah lukisan nan indah. Namun hentakan bass, dentuman drum dan tabuhan perkusi yang sangat khas latin jazz berpadu serasi membingkainya.

Terkadang perkusi terdengar menghadirkan nuansa samba brazilian, namun di saat lain dentingan piano menyuguhkan irama salsa ataupun alunan cha-cha.

More than just an ordinary music!

Perpaduan antara 2 genre musik berbeda kutub, yang terkemas apik dan indah menjadi satu kesatuan rasa…

Hmmm…. tanpa sadar jari jemari saya turut bergerak ‘memainkan tuts-tuts piano’ saat mendengar komposisi-komposisi klasik yang begitu akrab di telinga saya. Namun bersamaan dengan itu terasa sulit menahan kaki untuk tidak berdansa salsa, mengalun cha-cha, bergoyang samba dan merentak merengue.

Bila saja pagelaran ini tidak diadakan di ruang pertunjukan GKJ yang berbungkus atmosfir keanggunan sebuah gedung kesenian nan megah… bila saja pagelaran ini berlangsung di sebuah cafĂ© tempat saya biasa melantai bersama teman-teman… mungkin saya sudah tidak dapat menahan diri.....

Nita mengawali pertunjukkannya di atas pentas dengan mengantarkan prolog bagi hadirin, yang lebih merupakan sambutan selamat datang bagi tamu-tamu yang hadir mengunjungi ‘’Rumah’’ tempatnya berkesenian. ‘’Friendly Persuasion’’ melanjutkan prolog tersebut sebagai sebuah introduction. Gubahan yang merupakan adaptasi dari ‘’Caruso’’, sebuah komposisi klasik yang sangat mahsyur.

Sebuah kemasan ulang dari komposisi klasik karya Schubert berjudul ‘’Serenade’’ dibawakan dalam bentuk lagu berjudul ‘’Windows of The Night” yang dinyanyikan oleh Anda, seorang vocalis pria muda.

‘’Fur Elise’’ karya Beethoven yang sangat kondang merupakan komposisi yang menjadi dasar bagi sebuah instrumentalia berjudul “Good Times’’. Ditampilkan melalui dentingan piano dalam format ketukan Cha-cha pada bait-bait tertentu, yang dilanjutkan oleh permainan perkusi a la Brazilian yang sangat lincah oleh Iwan Wiradz (mengingatkan saya akan musik pengiring Capoeira). Kemasan yang sangat kental dengan nuansa latin jazz, membuat komposisi ini terasa sungguh berbeda dari biasanya.

Steven Wilson, vocalis asal Belanda, menjadi penampil yang membawakan sebuah lagu berbahasa Inggris : ‘’Let’s Dance’’ dengan nada-nada penuh riang. Sebuah hasil adaptasi dari ‘’Frohlicher Landmann’’ karya Schumann.

Sebuah lagu yang diberi judul ‘’Usai’’, merupakan hasil adaptasi dari sebuah karya Bach. Lagu dengan nada-nada sendu ini digubah Nita untuk ayahandanya tercinta. Dinyanyikan oleh Dira, seorang vocalis muda berbakat, lagu ini terdengar begitu menyentuh hati.

Komposisi “Minuet in G” dari Bach yang tidak kalah mahsyur itu tersaji dalam bingkai Salsa yang cantik. Sebuah lagu berjudul “Selamanya” digubah oleh Nita di atas komposisi ini. Tiga bahasa - Indonesia, Inggris dan Spanyol - digunakan sebagai perpaduan lirik yang manis dalam lagu ini.

Gubahan berjudul “Ring My Bell’’ merupakan adaptasi yang ciamik dari ‘’Blue Rondo a la Turca’’. Adapun ‘’Knock On My Door” dikemas ulang dengan apik di atas komposisi “Plasier D’Amor”.

‘’Symphony 40’’ karya Mozart dijadikan dasar adaptasi bagi gubahan yang diberi tajuk ‘’De Javu’’. Mendengar komposisi ini, bagi saya memang terasa ‘’De Javu’’, namun dalam nuansa berbeda.

Marusya Nainggolan tampil sebagai featuring, memainkan piano untuk komposisi “Moon Light Sonata” karya Beethoven, mengiringi pembacaan sebuah sajak pendek Nita. Komposisi ini dilanjutkan dengan halus, tanpa jeda, oleh permainan piano dan alunan indah suara Nita pada lagu “Baciami Tanto”, sebuah versi Italy dari lagu “Besame Mucho” yang kondang dinyanyikan dalam bahasa Spanyol.

Ditutup dengan sebuah gubahan berjudul ‘’On Fire’’, adaptasi dari ‘’Turkish March’’, buah karya seorang composer jenius, Mozart. Komposisi ini dimainkan berselang-seling dalam sentuhan klasik & latin jazz. Sebuah perpaduan yang menakjubkan.

Di akhir acara, Duta Besar Switzerland dan Wakil Duta Besar Nederland yang hadir malam itu, diminta untuk berkenan naik ke atas pentas memberikan rangkaian bunga kepada para pengisi acara.

Akhirnya… pagelaranpun usai sudah…

Namun, keindahan alunan komposisi klasik dalam kemasan berbingkai latin jazz yang baru saja saya saksikan terasa tidak pernah usai dari hati saya…

Sungguh… sebuah pertunjukkan musik yang menimbulkan decak kagum…


-PriMora Harahap-

18 Des 2008


Note:
tulisan ini dipostingkan juga di blog Kompasiana (Kompas.com) dan Detik blog (Detik.com) pada kategori seni-budaya.

Tidak ada komentar: